Perihal Rasa
Bagaimana bisa aku lupa. Jika aku pernah mengoreskan tinta dan menuliskam kisah tentangmu. Sungguh tidak ingin aku tersiksa karena rasa yang tak mampu untuk ku ungkapkan padamu.
Dulu ak sempat berfikir akan mengemukakanya. Namun, aku patah balik untuk tetap diam. Hingga Allah pun paham, mengapa hari ini perihal rasa bisa bermula kembali.
Seharusnya ini tidak terjadi diantara kita berdua. Aku selalu saja mengatakan itu padamu. Namun, kau selalu bilang bahwa semua sudah Allah atur. Apalagi yang bisa ku katakan jika sudah Tuhan yang kau bawa menjadi penyelamat kalimatmu dalam berdalih di depanku.
Aku tak ingin menghancurkan suasana yang sudah terjalin lama diantara kita berdua. Jika harus sama - sama mengemukakan perasaan yang terpendam. Lantas mampukah kita mencari jalan keluar dari apa yang kita rasa?
Aku masi tidak percaya tentang apa yang kau ungkapkan padaku. Begitu banyak pertimbangan dalam diri ini. Seolah hati dan pikiran sedang beradu satu sama lain.
Tapi, kadang aku berfikir aku tak pandai menjadi penipu rasa. Yang mampu bersembunyi dibalik sebuah senyuman indah namun nyatanya ada sebuah retakan di dalamnya.
Lantas bagaimana selanjutnya?
Apakah kita akan bersatu sesuai dengan harapan?
Atau semua hanya singah sementara?
Hanya Tuhan yang tahu ........
Komentar