Melawan Restu
Aku kira kemarin adalah patah hati terhebat. Namun, masi ada yang lebih dari itu.
Restu.
Jika hubungan tanpa restu maka jangan sesekali untuk melangkah.
Itulah yang terjadi pada diri ini.
Setelah selsai dengan satu nama, kemudian ada nama baru. Yang dikira nama baru itu adalah sebuah jodoh. Namun, nyatanya masih bukan.
Perkenalan itu sudah lama. Namun, untuk membuka pintu nya yang butuh proses. Begitu pintu itu terbuka sangat lebar. Hanya kecewa yang aku dapat.
Lagi - lagi ini menyakitkan. Inilah paling menyakitkan dalam sejarah hidup. Karena marwah ini serasa direndahkan.
DIA membangkitkanku. DIA juga menjatuhkanku. Di tempat paling dasar.
Kami kira akan ada sebuah resepsi pernikahan tahun depan. Tapi restu nya yang tak berpihak.
Untuk itu kami memutuskan untuk saling melepaskan.
Kami tidak mungkin menjalani sebuah hubungan tanpa restu. Dia tak mampu melawan restu.
Apa yang terjadi?
Aku dihukum atas kesalahan yang aku tidak perbuat.
Keluarganya menolaku hanya hanya karena tidak menyukai orangtuaku.
Oke. Tidak papa. Aku berusaha kuat seperti biasa.
Sekuat-kuatnya aku. Aku manusia yang lemah. Yang bisa sakit hati. Terluka kemudian butuh masa untuk menyembuhkan luka.
Lukanya terlalu parah. Hingga ku tinggalkan Kota itu. Agar tidak ada lagi bekas yang tersimpan.
Aku tahu, tidak mudah untuk menetralkan hati ini. Tapi aku akan berusaha. Aku yakin Allah siapkan bahagia yang lain.
Dia begitu sederhana dan menawan untukku. Tapi sayang kita tak ada jodoh.
Bersamanya sabar yang ku terapkan.
Menerima dia dengan status single father. Yang mungkin tidak semua prempuan bisa menerima itu. Tapi aku berusaha masuk dalam dunianya. Yang sudah 10taun alam bawah sadarnya terlukis kisah dengan yang lama. Rupanya posisiku tidak bisa bertahan lama.
Sungguh lara hati ini. Ketika kita sudah iklas menerima seseorang yang datang. Menyambut dia dengan kebahagiaan. Dan berakhir menyakitkan.
Berkali-kali dia mengajaku menikah. Hingga pada akhirnya mereka tidak mampu menerima kehadiran diriku.
Aku hina di mata mereka.
Aku tau diri. Siapa diri ini. Untuk itu kami saling melepaskan.
Semoga kau akan faham, bahwa rasaku tulus menerimamu dengan segala kemungkinan. Tapi ketika marwahku di rendahkan makan kau juga nanti akan faham betapa sakit dan terlukanya hati ini.
Aku harap kau bahagia dan menemukan yang sesuai dengan orangtuamu inginkan.
Aku akan baik-baik saja.
Komentar